Sabtu, 13 Desember 2008

HUKUM KEKEKALAN REJEKI



Hukum Kekekalan Energi berbunyi,”Energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain.” Saat krisis ekonomi mulai melanda lagi, banyak email dan sms ke saya meminta pendapat saya. Terus terang saya jawab,”Saya tidak kompeten untuk menganalisa ekonomi makro!” Namun ada 1 pertanyaan melalui sms ke saya, yang bisa saya jawab segera,”Mas J, bagaimana pengaruhnya krisis saat ini terhadap bisnis Mas J?

” Saya jawab,”Alhamdulillaah tambah ramai dan laris!” Mungkin dia tercengang membaca balasan sms saya, koq malah rame? Sekejap ia mengirimkan sms susulan,”Tambah ramai? Emang bisnis apaan mas?” Saya jawab,”Salah satunya bisnis saya: Energy Saving.” Masih belum mudeng? Salah satu perusahaan saya, bernama PT. KS Technology, bergerak di bidang industrial automation, menjadi distributor produk penghemat energy listrik bermerek ‘Schneider Electric’. Bukannya saya bersyukur dengan kenaikkan harga listrik yang baru saja diumumkan PLN Batam, namun secara tidak langsung, kita telah menjadi solusi kenaikkan tersebut. Terbukti pabrik dan hotel yang menggunakan produk kita, penghematannya bisa sampai 20%, dengan pengembalian investasi peralatan kurang dari 1 tahun.

Bisnis saya yang lain bergerak di bidang training entrepreneurship. Krisis ekonomi yang membuat terancamnya kenaikkan harga barang, kontan membuat orang mencari penghasilan-penghasilan sampingan. Belum lagi ancaman PHK yang mungkin terjadi setiap saat. Menjadi karyawan bukan jaminan aman lagi. Berwirausaha adalah salah satu solusinya. Nyatanya saat krisis ekonomi tahun 1997, sektor riil yang didominasi UKM bertahan terhadap krisis.

Apa hubungannya…

…dengan hukum kekekalan energi? Saya menganalogikan Rejeki=Energi, jadi Hukum Kekekalan Rejeki mengatakan:

“Rejeki tidak dapat diciptakan (karena hanya Allah yang menciptakan) atau dimusnahkan, hanya dapat berubah dari satu ‘tangan’ ke ‘tangan’ yang lain.”

Saya gunakan istilah ‘tangan’ agar Anda mudah memahaminya. Bukankah demikian kejadiannya? Rejeki kita yang ‘lepas’ dari tangan kita, berpindah ke tangan orang lain? Saat krisis, sebagian resto kelas menengah akan tutup, disisi lain warung tegal kebanjiran pelanggan, betul? Penjual ban (roda) baru omsetnya menurun, sementara ban bekas jadi laris manis. Apa lagi yang akan laris? Produk-produk dalam negeri akan banyak digemari, karena kenaikkannya tidak sedrastis produk import. Bukankah itu bukti Hukum Kekekalan Rejeki?

Poin saya, yang pertama,“Janganlah takut!” karena rejekinya tidak akan hilang. Poin kedua,”Kejar dimana rejeki akan berpindah!” Tentu saja, pastikan Anda yang akan kebagian kelebihannya. Seperti pemilik Jawa Pos Grup, Dahlan Iskan mengatakan,”Bahkan kita bisa menyalip di tikungan!” Apa maknanya? Saat pemain lain menyerah, kita tetap bertahan dengan mengubah strategi. Saat orang lain tidak mengiklankan usahanya, kita yang mendominasi kolom iklan (karena sepi). Saat orang lain berhenti berpromosi, kita malah genjar promosi. Tentu saja bukan sekedar mind set berani maju saja, tapi harus mempersiapkan strategi baru untuk ‘menyalip di tikungan’.

FIGHT!

Jaya Setiabudi
Direktur Young Entrepreneur Academy
Founder Entrepreneur Association
0819 818 919
www.yukbisnis.com

Tidak ada komentar: